Buku Tamu

2.29.2012

Stephanie's Confession (Chapter 2 - A Piece of Her Diary)

Entri ini ditulis berdasarkan secarik kertas yang diambil dari diary Stephanie.


Dear Diary,
Selang beberapa hari, akhirnya Dan melupakan perkelahian konflik kita dan kembali chat setiap hari dengan gue. Oh ya gue belom cerita. Di kelas dia selalu dicengin sama Jo, gosipnya sih Dan naksir Jo. Tapi pas setiap chat gue tanyain dia pasti diem dan mengalihkan pembicaraan. Gue sih gak tau dia itu beneran naksir apa gak. Dan gue juga gak peduli. Awalnya gue sama dia yah biasa aja lah, temenan. Tapi gue mulai merasa ada yang aneh. Cowok setiap hari chat dengan cewek, apa gak ada maksud tertentu? Gue sih nyaman ngobrol sama dia, gue bahkan terpancing untuk menceritakan fobia dan trauma gue ke dia. Padahal dia itu cowok. Dan gue gak yakin cowok bisa jaga rahasia. Ada sesuatu yang bikin gue percaya sama dia. Perhatiannya. Dia cukup perhatian sama gue, bahkan mungkin terlalu, karena hal-hal kecil yang gue lakukan pun dia tau. Misalnya pas foto untuk buku tahunan. Gue gak betah pake highheels wedges, jadi gue lari-lari naik tangga sambil nyeker. Sumpah, gue malu banget pas dia tau hal itu. Dan terkenal juga sebagai cowok tukang gombal. Dia pernah ngasih gue puisi gombal lewat chat. Pas gue tanya, buat siapa nih puisi? Jo? Dia jawab, buat lu aja. Untung pembicaraan ini lewat chat dan bukan video chat. Dia gak tau betapa saltingnya gue mendengar itu. Hari-hari gue chatting sama dia emang menyenangkan buat gue. Setidaknya gue punya teman yang bisa diajak bercanda dan seru-seruan malem-malem. Gue malah sampe kegeeran dia suka sama gue. Yah, kayak yang gue bilang tadi, mana mungkin kita tiap hari chat gak ada apa-apanya? Tapi itu dugaan semata, yang udah gue buktiin ternyata salah. 19 Maret, lewat chat kita berdiskusi soal Ujian Praktek yang dilakukan berkelompok. Gue yang gaptek dan bego soal gadget terus menanyakan hal yang sama ke dia. Dan marah-marah ke gue bahkan ngetik huruf gede semua, tapi masih gue tanggapin santai. Gue cuma bilang, kalo lu badmood ntar gue ikutan badmood loh. Dia bilang, Bodo amat! Gue kesel dong! Mood bagus yang udah gue bangun susah payah di hari itu langsung tergantikan oleh badmood sepanjang malam. Dia langsung pura-pura sok sibuk dan langsung off. Gue masih dengan sopannya pamitan off. Sejak itu gue kesel sama dia. Setelah diselidiki selama beberapa bulan, gue ketemu sumber badmood dia. Jo. Ternyata selama kita chatting, dia juga chat sama Jo. Bisa dibilang hubungan mereka cukup akrab, kayak pertemanan gue sama Dan lewat dunia maya. Jo iseng pura-pura marah ke Dan, dan itu yang membuatnya badmood. Oh my God. Setelah gue tau kenyataan ini gue paham semuanya. Dan cuma menjadikan gue teman chatnya. Beberapa hari setelah19 Maret bahkan dia jarang chat sama gue dan bilang lagi sibuk. Ternyata dia sibuk chat dengan Jo. Dasar cowok. Gue salah telah percaya sama dia. Walaupun gue cuma temen chatnya, gue merasa perhatian Dan teralih. Dia udah gak menganggap gue penting lagi, sehingga kita jarang chat. Dia udah punya pengganti. Gue merasa seperti barang bekas yang tergantikan oleh barang baru. Lalu dia menganggap gue apa sekarang? Gue gak berharap yang muluk-muluk kok. Cukup berada di sana sebagai teman gue, di kala gue senang maupun susah. Namun di sisi lain gue cukup paham pemikiran Dan. Dia sengaja menjauhi gue, supaya lebih bebas pedekate ke Jo dan supaya Jo gak curiga dia punya "temen cewek". Gue ngerti, dan karena itu gue berusaha melupakan pertemanan kita, walaupun susah karena dalam pertemanan kita banyak terbalut kenangan. Gue melakukan itu semua demi pertemanan gue dengan Jo dan hubungan Jo dengan Dan. Gue memilih mundur. Teman sejati bisa dicari kok, gue gak perlu juga maksain pertemanan gue dengan Dan. Karena Dan udah memilih buat melupakan gue dan pedekate ke Jo, gue pun bakal melupakan dia. Gue berusaha gak menaruh dendam pada Jo maupun Dan, karena gue tau ini bukan salah mereka. Gue rasa ini yang terbaik buat semuanya. 


Thanks Diary udah dengerin curhatan gue yang panjang banget ini :')
Stephanie Juliana (Step) 

2.24.2012

Stephanie's Confession (Chapter 1 - Online Meeting)

     Step membaca sms-sms lamanya. Ia terpaku ketika menemukan 1 nama tertera di layar handphonenya. Daniel. Cowok pertama yang berhasil membuat cewek setomboi Step sakit hati. 
     Pikiran Step menerawang pada hari pertama ia mengobrol dengan Dan lewat online chat. Saat itu mereka gak lain dan gak bukan cuma teman satu kelompok yang lagi berdiskusi. Dari hanya sms-an hingga akhirnya Dan mengajak Step mengobrol lewat chat. Semua itu mereka lakuin demi tugas kelompok yang sialnya cuma dikerjain mereka berdua, yang lain nganggur.
     Pernah suatu kali Step mengeluh tentang nilai ulangan matematika yang gak pernah naik. Step benci tukang nyontek yang nilainya lebih tinggi dari dia. Dan menyarankan Step untuk gak perlu memedulikan orang lain, fokus aja sama diri sendiri dan raihlah target. Saking asyik mengobrol mereka lupa waktu dan ternyata sudah larut malam. Step sama sekali belum belajar dan dalam hati ia kesal juga telah lupa waktu. Step berusaha mempraktekan apa yang diucapkan Dan tadi pada ulangan matematika keesokan harinya. Tanpa belajar, Step berhasil meraih nilai 100 sementara ia menertawakan Dan yang cuma dapat 80. Tentunya Step cuma bercanda. Itulah awal mula pertemuan Step dan Dan di dunia maya yang membawanya pada chat seterusnya.
     Step menceritakan pada Jo soal chatnya dengan Dan. Sialnya, teman-teman di sekeliling mereka ikutan mendengar dan gosip itu akhirnya terdengar sampai ke telinga Dan. Malamnya Step mendapat chat dari Dan. Namun kali ini Dan agak marah pada Step. Dan pikir pembicaraan ini menjadi rahasia di antara mereka, namun Step sama sekali gak kepikiran menjadikan pembicaraan kemarin sebagai rahasia. Step gak salah apa-apa kan kalau bercerita pada teman yang dipercayanya? Kenapa Dan yang jadi sewot. Mood Step langsung berubah jelek. Cewek yang gampang emosian ini dengan lancarnya membalas omelan Dan. Ia heran, cowok kok mau aja berantem sama cewek, online pula! Gak gentle banget deh, beraninya sama cewek! Sisi maskulin cewek itu gak sabar untuk berantem langsung, bukan hanya lewat ketikan keyboard yang membentuk kalimat makian. Akhirnya Dan mengambil keputusan untuk gak memperpanjang masalah ini dan langsung offline.
     Apa sih maunya cowok ini, pikir Step. Labil banget. Baru aja kemarin dia membantu Step dan menasihatinya bak guru bijak. Sekarang sisi remaja labilnya keluar dan ia telah menyulut kemarahan Step. Cewek itu gak habis pikir dengan sifat cowok ini. Step memilih untuk gak ambil pusing dan langsung Sign Out.
     Besok malam Dan ternyata tetap chatting dengan Step. Sama sekali gak ada tanda-tanda dia mengungkit-ungkit masalah kemarin. Walau begitu Step membalas gak seramah biasanya. Kalau biasanya obrolan mereka di dunia maya diselingi candaan, sekarang mereka lebih serius berdiskusi tugas kelompok. Chatting pun berakhir dalam waktu singkat.

2.17.2012

Just another Valentine Story~ (A Prologue)

     for all visitors: dilarang copas2, gua sumpahin mandul >.<. Tokoh2 bersifat fiktif, jadi kalo ada kesamaan nama, tempat, dll hanya kebetulan ;D
     
     Stephanie melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah. Walau sesekali tersenyum menyapa teman-temannya yang lewat, sebetulnya hatinya sedang gundah. Hari ini, seperti semua orang tau, adalah hari Valentine. Hari dimana seorang jomblo kayak dia kebanyakan menghabiskan waktu hanya bersama teman sesama jenis. Step, begitu orang memanggilnya, bisa dikatakan lagi nggak punya teman dekat cowok.
     "Hei, guys. Nih buat lo pada," kata Step setibanya di kelas sambil membagi-bagikan cokelat buatannya. Udah jadi tradisi buat Step untuk membuat sendiri cokelatnya. Lebih asyik begitu menurutnya.
     Keenam teman sekelas yang menurut Step paling dekat dengannya berterima kasih atas cokelat pemberiannya dan acara bagi-bagi cokelat pun dimulai. Di kelas aja Step udah mengumpulkan 4 cokelat. Cuma itu yang dia suka dari Valentine. 
     Valentine yang jatuh pada hari selasa membuat semua murid tetap belajar seperti biasa. Lebih parahnya lagi, hari ini ada ulangan sejarah, pelajaran yang  menurut Step agak-agak susah karena isinya hafalan semua. Dan benar aja, paling-paling Step cuma bisa setengahnya aja. 


     "Eh lo bisa keluar kelas gak? Ada cokelat nih buat lo"
"Kenapa lo gak masuk aja?"
"Yah, lo tau kenapa kan"


    Ironis. Orang yang dia benci dan dia suka ada di dalam kelas yang sama dengan temannya. Step gak mau ketemu mereka dengan sengaja. Makanya pas bel istirahat kedua berbunyi ia buru-buru mengirim sms ke Jo. Ia buru-buru membaca layar handphonenya ketika benda itu bergetar.

"Oke. Gue tunggu di depan. Lo dimana?"

     Segera setelah menerima sms itu barulah ia beranjak dari kelas. 
     "Happy Valentine Jo!" kata Step sambil memberikan cokelat berbentuk hati pada cewek bernama lengkap Joanne Oktavia.
     "Thanks Step. By the way, ikut gue deh," Jo langsung menarik tangan Step dan membawanya masuk kelasnya. 
     "Iiih apaan sih?! Kan gue udah bilang gak mau kesini! Woi, lepasin dong, udah gila ya lu!" berontak Step.
     "Ehem..ehem.. Cie," bisik Jo sengaja mengeraskan sedikit suaranya di depan seorang cowok. Sialnya cowok itu ternyata adalah cowok yang dibencinya. Step hanya menatap kosong salah satu sudut ruangan dan gak menggubrisnya, sambil mendelik kesal pada Jo. Cowok itu rupanya gak peduli dengan kehadiran Step. Sepertinya telah terjadi sesuatu yang gak mengenakan dahulu di antara mereka.
     "Lo tuh apa-apaan sih?! Lo kan tau dia itu siapa, ngapain ngomong gitu depan dia?" marah Step.
     "Calm down, bukannya dulu lo suka sama dia? Gue cuma bercanda lagi," tawa Jo pelan.
     "Siapa juga yang suka sama dia?!" protes Step. "Gue udah muak liat mukanya. Lagipula kan dia gebetan lo."
     "Dia emang ngejar-ngejar gue, tapi bukan berarti gebetan dong. Udahlah, gue kesini cuma mo ngasih lo ini," kata Jo tenang sambil memberi Step sekotak cokelat Van Houten.
     "Sial, lo pinter juga bikin gue tenang. Thanks a lot buat cokelatnya Jo!" wajah Step langsung berseri-seri. Matanya menyapu sudut ruangan, namun tidak menemukan orang yang dicarinya.
     "Eh gue cabut dulu ya Jo, gue gak betah lama-lama di sini," ucap Step sinis. Tentu saja kalimat itu gak ditujukan ke Jo, melainkan cowok yang barusan ditemuinya.
     "Okay. See yaa," Jo melambai pada Step yang buru-buru meninggalkan tempat itu. Dengan sangat terpaksa, Step melewati cowok itu sambil menatap kosong lantai yang dilewatinya.
     "Dari mana aja lo? Cie dapet cokelat lagi, dari siapa tuh," tanya salah satu teman Step.
     "Ada deh.. Kepo lo," jawab Step bikin temannya tambah penasaran. Dia bisa aja langsung bilang cokelat itu dari temannya, tapi dia dengan isengnya gak mau ngasih tau.
     Step selalu menunjukkan wajah cerianya pada teman-temannya. Kalau sedang galau pun ia dengan mudahnya ceria lagi. Di kelas dia punya teman galau yang biasa dipanggil Liz. Sok bule, padahal nama aslinya Elisa. Step juga cerita tentang crushnya pada Liz tapi gak pernah memberitahu namanya. Dan pada Valentine ini dia belum melihat cowok itu bahkan batang hidungnya sekalipun.
     "Liz, gimana nih gue galau beraaat. Masa Valentine gue belom liat dia sih," gerutu Step.
     "Lo samperin orangnya dong," jawab Liz asal. Maklum pikirannya lagi gak konek akibat kebanyakan belajar sejarah.
     "Lo gila?! Mana berani gue! Yang bener aja lo," gerutu Step lagi. Ia lalu mengambil handphonenya dan segera mengirim sms ke Jo.

"Lo istirahat 75 menit mo ngapain aja? Gue pengin nengok doi nih tapi gue gak berani. Gue ke kelas lo ya.. Tapi gimana caranya supaya gak terkesan sengaja?"

"Gini. Lo ajarin gue sejarah sambil curi-curi pandang ke dia aja. OK?"

"Well, sounds great. Fine, gue ke sana sekarang. Keluar kelas, yah"

     "Liz, gue tinggal dulu ya. Jangan kangen.." Step buru-buru meninggalkan kelas. Dia sebenernya takut ditanyain mo ke mana sama yang lain. Gimana gue jelasinnya? batin Step. 
     "Sori gue tadi lama bales sms nya. Gue sama yang lain abis foto-foto hehe," Step nyengir.
     "Huuu narsis lo. Udah sini masuk, doi ada di kelas loh," sambut Jo girang. Step yang pengin CCP alias Curi-curi pandang, kok Jo yang girang ya.
     Ia melihatnya. Doi, begitu sebutan Step sama Jo terhadap cowok itu, lagi duduk tenang sambil sibuk membaca handout sejarah. Step yang takut salting buru-buru sibuk mengajari Jo. Well, sebenernya lebih tepat ngasih bocoran soal.  
     "Step, keluar yuk, bosen nih gue lumutan di sini. Kecil lah sejarah," ajak Jo. Di luar sedang ada band sekolah yang lagi perform di hari Valentine.
     "Dia ngasih gue cokelat loh," Jo membuka pembicaraan sambil senyam-senyum. "Dia juga ngasih gue boneka, semuanya dibungkus pink."
     "Oh, ehm.. Cie..," Step yang masih belom konek menjawab asal. 
     "Loh biasanya lo selalu antusias ngejekin gue sama dia..," protes Jo.
     "Oh oke. Cieeeeee! Puas lo?"
     "Step, ada yang ganggu pikiran lo ya? Kok lo jadi aneh begini?" 
     "Ih sotoy, gak ada apa-apa kok. Malah gue seneng tadi bisa liat doi."
     "Atau lo masih suka dia?"
     "Siapa??"
     "Yang lo sebut sebagai 'gebetan' gue"
     Step tertegun. Pikirannya menerawang pada saat 'dia' masih menjadi temannya. Teman curhat. Dulu Step menaruh kepercayaan padanya sampai hari itu.. Dimana terjadi sesuatu dan mereka saling benci.
     "Hello? Lo masih hidup kan?" kata-kata Jo menyadarkan Step.
     "Gak! Gue udah mati! Yang di hadapan lo saat ini arwah Stephanie Juliana," kata Step berpura-pura membentak Jo.
     "Jayus lo, udah basi lagi. Lo pasti ngelamunin dia kan? Hayoo!"
     "Gue - gak - peduli - sama - dia!" teriak Step sambil memukul tembok. Cewek tomboy ini gak peduli sama sekelilingnya yang menatapnya aneh.
     "Wooh.. Santai, Step. Fine, gue gak bakal ngebahas hal itu lagi. Soo.. gimana tadi, berhasil CCP?" ujar Jo berusaha mengalihkan pembicaraan.
     "Mission accomplished, bos! Hehe berkat lo gue bisa melepas 'kangen' di hari Valentine. Thanks yo," Step tampak ceria lagi.
     "Lo tuh emang aneh ya, tadi marah-marah gak jelas, sekarang udah ceria kayak gak ada apa-apa," gerutu Jo.
     "Oh, lo mau gue marah? Fine. Tangan gue gak takut mukul tembok lagi," canda Step dengan mimik pura-pura serius. Ia sudah mengangkat tangannya ketika Jo buru-buru menyela.
     "Yeee canda mbaaak. Gitu aja percaya," tawa Jo pelan.
     "Hmmm.. Gue ke kelas dulu deh. Bentar lagi bel, gue mesti ada di kelas sebelum guru killer dateng. Bye!"
     "Okay.. See yaa!"
     Jam-jam membosankan selanjutnya diisi Step dengan merenungkan kata-kata Jo. Benarkah ia sebenernya suka sama 'dia'? Tapi itu kan gak mungkin! 'Dia' lah yang bikin Step merasakan arti sakit hati untuk pertama kalinya. Walaupun sakit hati sebagai teman. Duh sebenarnya ada apa sih dengan dia. Inget Step, lo benci sama dia! ulang Step dalam hati. Memori tentang kejadian itu terus berputar seperti film di otaknya. Hati Step selalu sedih ketika mengingatnya..

2.03.2012

Puisi Perdanaa :)

Senja Tanpamu


Akankan mentari senja menemaniku
Seperti bintang dan bulan hidup tak terpisahkan
Mengiring sunyinya malam itu
Saat ku benar-benar hampa


Ku tersesat dalam sepi ini
Semilir angin melambungkan anganku
Memasuki wadah kenangan kala itu
Hanya kau dan aku yang tahu


Tangisku menghapus bayang senyummu
Diamku mengiringi kepergianmu
Canda tawa itu tak ada artinya lagi
Ketika jejakmu terhapus dari hidupku


Kita takkan pernah bersama
Matahari dan Bulan takkan ada di langit yang sama
Kan kukabulkan permintaan tersiratmu
Tuk berpisah demi dia


Raihlah apa yang kau kejar
Mentari senja senantiasa menemaniku
Cahaya Bulan menghapus kecewaku
Dalam kesunyian jiwa ini tanpamu






Puisi ini dibuat dalam rangka tugas Bahasa Indonesia. Proses menulisnya menjelang pengayaan Kimia dan menjelang tidur gara2 belajar kimia


copyright Natasya Helbert :P
dilarang copas2, yang copas mandul