PROLOG
Angin
dingin berembus menyapu habis dedaunan kecokelatan yang masih singgah di
pepohonan. Atmosfer musim gugur menyelubungi hutan sementara matahari mengintip
malu-malu dari balik awan pekat.
Hutan itu sangat sepi, para penebang pohon tidak terlihat
di mana-mana. Hanya seorang gadis kecil berusia kira-kira dua belas tahun yang
sedang melangkahkan kakinya di antara hamparan daun-daun cokelat keemasan. Ia
mengamati ketika daun terakhir melayang jatuh di telapak tangannya.
Ia meniup pelan daun itu seolah-olah sedang meniup bunga dandelion putih. Ia menutup mata dan mengembuskan
harapan. Kemudian bergegas melanjutkan perjalanan.
Keranjang piknik kecil yang ditentengnya menguarkan aroma
harum. Gadis itu mendekatkan hidungnya dan mencium aroma kue madu buatan
ibunya. Harum kue yang baru dipanggang merebak beserta aroma manisnya madu.
Gadis
itu sama sekali tidak sadar dirinya sedang diperhatikan.
Ketika
akan melintasi sungai, seseorang tiba-tiba menabraknya
dengan sengaja dan merampas keranjangnya. Masih belum pulih dari shock ia berusaha bangkit dan matanya segera
mencari-cari sosok yang tadi menabraknya.
Seorang
anak laki-laki yang kira-kira seumuran dengannya mengangkat keranjang itu
tinggi-tinggi sambil menjulurkan lidahnya.
“Coba
tangkap aku kalau kau mau keranjang ini!” seru bocah laki-laki itu.
Sang
gadis berjalan tertatih-tatih ke arahnya. Lututnya tadi sempat membentur
bebatuan sungai, meninggalkan luka yang untungnya tidak terlalu parah.
Anak
laki-laki itu berlari dengan lincah di antara bebatuan sungai. Gadis itu
mencoba mengikutinya meski harus melompati bebatuan dengan sangat hati-hati.
Karena
ceroboh anak laki-laki itu tergelincir, kepalanya membentur bebatuan. Keranjang
yang tadi digenggamnya terlontar ke arah sungai.
Si
gadis terkesiap dan hampir berteriak minta tolong, namun ia segera menyadari
bahwa mereka hanya berdua. Ia buru-buru menghampiri bocah itu dan membantunya
berdiri. Darah merembes dari pelipis anak itu, lukanya tampak cukup parah.
“Bertahanlah,”
mohon si gadis. “Jangan pingsan di sini, aku tidak sanggup menggendongmu ke
rumah.”
“Tentu
saja kau tidak sanggup.” Anak laki-laki itu tersenyum jahil.
Si
gadis dengan cekatan menyobek sedikit bagian bawah pakaian anak itu dan menyumbatkan
kain itu pada luka di pelipisnya untuk menghentikan pendarahan.
Lengan
si anak laki-laki melingkari bahu si gadis. Gadis itu berusaha membimbingnya keluar
dari hutan menuju desa. Percuma melanjutkan perjalanan, ia tidak lagi memiliki
kue madu untuk diberikan pada neneknya.
Tiba-tiba
sekelebat bayangan melintas, membuatnya berhenti berjalan karena kaget.
“Kenapa
berhenti? Ayo lebih cepat lebih baik,” protes si anak laki-laki.
Si
gadis memutuskan untuk tidak menghiraukan bayangan itu. Mungkin hanya
halusinasi. Saat melanjutkan perjalanan ia kembali melihatnya, kali ini lebih
dekat.
“Ayo
lebih cepat jalannya. Perasaanku mulai tidak enak,” ucap si gadis.
“Ada
apa sih? Kau tidak lihat kepalaku serasa mau pecah begini,” omel anak itu.
“Jangan
banyak protes, sudah bagus kutolong. Seharusnya aku tadi membiarkan pencuri
sepertimu membusuk di pinggir sungai.”
“Tapi
kau tidak melakukannya,” senyum si anak.
“Aaah
sudahlah, cepat lari. Kalau tidak kutinggalkan kau membusuk di sini.”
“Uuuuh
seram sekali ancamannya. Aku takut.” Anak itu kemudian tertawa. Mau tidak mau
si gadis ikut tersenyum sembunyi-sembunyi walau kesal.
Rumahnya
sudah terlihat dari sini. Ia hanya berharap semoga bayangan tadi tidak
mengikutinya. Mereka bergegas menyusuri jalan-jalan desa, menerobos masuk pintu
rumahnya.
Ia
membawa anak laki-laki itu ke kamarnya dan membantunya tidur di ranjang. Saat
hendak memanggil ibunya tiba-tiba ia merasakan genggaman pada lengannya.
“Terima
kasih sudah menolongku. Aku berhutang padamu.” Senyum mematikan itu muncul
lagi. “Kenalkan, aku Dennis.”
Anak
laki-laki yang ternyata bernama Dennis itu jatuh pingsan bahkan sebelum si
gadis sempat menjawab, sambil tersenyum manis.
“Namaku Luciana.”
Note:
Prolog ini bagian pertama dari novel yang baru bakal kutulis. Kalau ternyata prolognya jelek atau punya masukan komen aja ya. Let me know kalo ternyata prolognya menarik dan bikin penasaran juga, hehe. Lanjutan ceritanya baru bakal ditulis abis UAS, mudah-mudahan sinopsisnya juga cepet kelar :)