for all visitors: dilarang copas2, gua sumpahin mandul >.<. Tokoh2 bersifat fiktif, jadi kalo ada kesamaan nama, tempat, dll hanya kebetulan ;D
Stephanie melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah. Walau sesekali tersenyum menyapa teman-temannya yang lewat, sebetulnya hatinya sedang gundah. Hari ini, seperti semua orang tau, adalah hari Valentine. Hari dimana seorang jomblo kayak dia kebanyakan menghabiskan waktu hanya bersama teman sesama jenis. Step, begitu orang memanggilnya, bisa dikatakan lagi nggak punya teman dekat cowok.
"Hei, guys. Nih buat lo pada," kata Step setibanya di kelas sambil membagi-bagikan cokelat buatannya. Udah jadi tradisi buat Step untuk membuat sendiri cokelatnya. Lebih asyik begitu menurutnya.
Keenam teman sekelas yang menurut Step paling dekat dengannya berterima kasih atas cokelat pemberiannya dan acara bagi-bagi cokelat pun dimulai. Di kelas aja Step udah mengumpulkan 4 cokelat. Cuma itu yang dia suka dari Valentine.
Valentine yang jatuh pada hari selasa membuat semua murid tetap belajar seperti biasa. Lebih parahnya lagi, hari ini ada ulangan sejarah, pelajaran yang menurut Step agak-agak susah karena isinya hafalan semua. Dan benar aja, paling-paling Step cuma bisa setengahnya aja.
"Eh lo bisa keluar kelas gak? Ada cokelat nih buat lo"
"Kenapa lo gak masuk aja?"
"Yah, lo tau kenapa kan"
Ironis. Orang yang dia benci dan dia suka ada di dalam kelas yang sama dengan temannya. Step gak mau ketemu mereka dengan sengaja. Makanya pas bel istirahat kedua berbunyi ia buru-buru mengirim sms ke Jo. Ia buru-buru membaca layar handphonenya ketika benda itu bergetar.
"Oke. Gue tunggu di depan. Lo dimana?"
Segera setelah menerima sms itu barulah ia beranjak dari kelas.
"Happy Valentine Jo!" kata Step sambil memberikan cokelat berbentuk hati pada cewek bernama lengkap Joanne Oktavia.
"Thanks Step. By the way, ikut gue deh," Jo langsung menarik tangan Step dan membawanya masuk kelasnya.
"Iiih apaan sih?! Kan gue udah bilang gak mau kesini! Woi, lepasin dong, udah gila ya lu!" berontak Step.
"Ehem..ehem.. Cie," bisik Jo sengaja mengeraskan sedikit suaranya di depan seorang cowok. Sialnya cowok itu ternyata adalah cowok yang dibencinya. Step hanya menatap kosong salah satu sudut ruangan dan gak menggubrisnya, sambil mendelik kesal pada Jo. Cowok itu rupanya gak peduli dengan kehadiran Step. Sepertinya telah terjadi sesuatu yang gak mengenakan dahulu di antara mereka.
"Lo tuh apa-apaan sih?! Lo kan tau dia itu siapa, ngapain ngomong gitu depan dia?" marah Step.
"Calm down, bukannya dulu lo suka sama dia? Gue cuma bercanda lagi," tawa Jo pelan.
"Siapa juga yang suka sama dia?!" protes Step. "Gue udah muak liat mukanya. Lagipula kan dia gebetan lo."
"Dia emang ngejar-ngejar gue, tapi bukan berarti gebetan dong. Udahlah, gue kesini cuma mo ngasih lo ini," kata Jo tenang sambil memberi Step sekotak cokelat Van Houten.
"Sial, lo pinter juga bikin gue tenang. Thanks a lot buat cokelatnya Jo!" wajah Step langsung berseri-seri. Matanya menyapu sudut ruangan, namun tidak menemukan orang yang dicarinya.
"Eh gue cabut dulu ya Jo, gue gak betah lama-lama di sini," ucap Step sinis. Tentu saja kalimat itu gak ditujukan ke Jo, melainkan cowok yang barusan ditemuinya.
"Okay. See yaa," Jo melambai pada Step yang buru-buru meninggalkan tempat itu. Dengan sangat terpaksa, Step melewati cowok itu sambil menatap kosong lantai yang dilewatinya.
"Dari mana aja lo? Cie dapet cokelat lagi, dari siapa tuh," tanya salah satu teman Step.
"Ada deh.. Kepo lo," jawab Step bikin temannya tambah penasaran. Dia bisa aja langsung bilang cokelat itu dari temannya, tapi dia dengan isengnya gak mau ngasih tau.
Step selalu menunjukkan wajah cerianya pada teman-temannya. Kalau sedang galau pun ia dengan mudahnya ceria lagi. Di kelas dia punya teman galau yang biasa dipanggil Liz. Sok bule, padahal nama aslinya Elisa. Step juga cerita tentang crushnya pada Liz tapi gak pernah memberitahu namanya. Dan pada Valentine ini dia belum melihat cowok itu bahkan batang hidungnya sekalipun.
"Liz, gimana nih gue galau beraaat. Masa Valentine gue belom liat dia sih," gerutu Step.
"Lo samperin orangnya dong," jawab Liz asal. Maklum pikirannya lagi gak konek akibat kebanyakan belajar sejarah.
"Lo gila?! Mana berani gue! Yang bener aja lo," gerutu Step lagi. Ia lalu mengambil handphonenya dan segera mengirim sms ke Jo.
"Lo istirahat 75 menit mo ngapain aja? Gue pengin nengok doi nih tapi gue gak berani. Gue ke kelas lo ya.. Tapi gimana caranya supaya gak terkesan sengaja?"
"Gini. Lo ajarin gue sejarah sambil curi-curi pandang ke dia aja. OK?"
"Well, sounds great. Fine, gue ke sana sekarang. Keluar kelas, yah"
"Liz, gue tinggal dulu ya. Jangan kangen.." Step buru-buru meninggalkan kelas. Dia sebenernya takut ditanyain mo ke mana sama yang lain. Gimana gue jelasinnya? batin Step.
"Sori gue tadi lama bales sms nya. Gue sama yang lain abis foto-foto hehe," Step nyengir.
"Huuu narsis lo. Udah sini masuk, doi ada di kelas loh," sambut Jo girang. Step yang pengin CCP alias Curi-curi pandang, kok Jo yang girang ya.
Ia melihatnya. Doi, begitu sebutan Step sama Jo terhadap cowok itu, lagi duduk tenang sambil sibuk membaca handout sejarah. Step yang takut salting buru-buru sibuk mengajari Jo. Well, sebenernya lebih tepat ngasih bocoran soal.
"Step, keluar yuk, bosen nih gue lumutan di sini. Kecil lah sejarah," ajak Jo. Di luar sedang ada band sekolah yang lagi perform di hari Valentine.
"Dia ngasih gue cokelat loh," Jo membuka pembicaraan sambil senyam-senyum. "Dia juga ngasih gue boneka, semuanya dibungkus pink."
"Oh, ehm.. Cie..," Step yang masih belom konek menjawab asal.
"Loh biasanya lo selalu antusias ngejekin gue sama dia..," protes Jo.
"Oh oke. Cieeeeee! Puas lo?"
"Step, ada yang ganggu pikiran lo ya? Kok lo jadi aneh begini?"
"Ih sotoy, gak ada apa-apa kok. Malah gue seneng tadi bisa liat doi."
"Atau lo masih suka dia?"
"Siapa??"
"Yang lo sebut sebagai 'gebetan' gue"
Step tertegun. Pikirannya menerawang pada saat 'dia' masih menjadi temannya. Teman curhat. Dulu Step menaruh kepercayaan padanya sampai hari itu.. Dimana terjadi sesuatu dan mereka saling benci.
"Hello? Lo masih hidup kan?" kata-kata Jo menyadarkan Step.
"Gak! Gue udah mati! Yang di hadapan lo saat ini arwah Stephanie Juliana," kata Step berpura-pura membentak Jo.
"Jayus lo, udah basi lagi. Lo pasti ngelamunin dia kan? Hayoo!"
"Gue - gak - peduli - sama - dia!" teriak Step sambil memukul tembok. Cewek tomboy ini gak peduli sama sekelilingnya yang menatapnya aneh.
"Wooh.. Santai, Step. Fine, gue gak bakal ngebahas hal itu lagi. Soo.. gimana tadi, berhasil CCP?" ujar Jo berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Mission accomplished, bos! Hehe berkat lo gue bisa melepas 'kangen' di hari Valentine. Thanks yo," Step tampak ceria lagi.
"Lo tuh emang aneh ya, tadi marah-marah gak jelas, sekarang udah ceria kayak gak ada apa-apa," gerutu Jo.
"Oh, lo mau gue marah? Fine. Tangan gue gak takut mukul tembok lagi," canda Step dengan mimik pura-pura serius. Ia sudah mengangkat tangannya ketika Jo buru-buru menyela.
"Yeee canda mbaaak. Gitu aja percaya," tawa Jo pelan.
"Hmmm.. Gue ke kelas dulu deh. Bentar lagi bel, gue mesti ada di kelas sebelum guru killer dateng. Bye!"
"Okay.. See yaa!"
Jam-jam membosankan selanjutnya diisi Step dengan merenungkan kata-kata Jo. Benarkah ia sebenernya suka sama 'dia'? Tapi itu kan gak mungkin! 'Dia' lah yang bikin Step merasakan arti sakit hati untuk pertama kalinya. Walaupun sakit hati sebagai teman. Duh sebenarnya ada apa sih dengan dia. Inget Step, lo benci sama dia! ulang Step dalam hati. Memori tentang kejadian itu terus berputar seperti film di otaknya. Hati Step selalu sedih ketika mengingatnya..